Al Fatih
this site the web

surat 'terakhir' di rihlah 'terakhir'

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu’alaikum wr wb

Saudaraku..
    Malam semakin larut, suasana semakin sunyi, yang terdengar hanya suara jangkrik, sesekali desiran angin menerpa pepohonan dan satu dua makhluk Allah terjaga dari tidurnya. Jarum jam yang berdetak semakin menambah kesenyapan malam dan mataku belum lagi dapat terpejam.Masih terngiang dengan jelas semua ucapanmu dan masih melekat dengan kuat ekspresi wajahmu…Hhffff…hampir saja kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita.Yang akan menjadikan bumi terasa sempit, dada terasa sesak, langkah semakin berat dan tubuhpun lemah tak bertenaga.

Saudaraku… tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tak teringat lagi telah berapa lama kita berkumpul dalam persaudaraan ini. Semangatmu, tutur katamu, tatapanmu dan juga senyummu sering menjadi cermin bagiku tuk tetap tegar dalam melangkah di jalan ini. Kebahagiaan yang kau rasakan adalah kebahagiaanku juga, kesedihanmu adalah kesedihanku dan  lemahnya dirimu dapat melemahkan diriku.

Aku ingat, saat pertama kita memulai dengan Tafakur Alam yang kita sebut Tsiqoh. Percaya. bagaimana Allah mempertemukan kita untuk pertama kalinya. Kita saling mengenal, kita bersahabat, ya walau saat itu hanya 20 orang yang hadir, aku tetap bahagia. Sebab aku dapat merasakan betapa bahagianya mengenal kalian.

Pulang Tsiqoh, kita mendapat tugas untuk membuat acara PSB. Ingat? Saat itu, seorang ikhwan dan akhwat ditunjuk untuk jadi mas’ul (ketua). Dan ini adalah tantangan baru. Syuro pertama kali bersama kalian. Di kelas X1, kita baru mengenal yang namanya hijab. Aku ingat sekali wajah bingung kalian saat itu.

Dan Alhamdulillah, segala kegiatan PSB yang kita susun bersama, berjalan dengan lancar. Mulai dari stand, serangan fajar, acara puding party di MBR, bahkan kita punya spanduk sendiri.

Lalu, plasma. Yang awalnya kupikir, ini akan sama seperti Tsiqoh dulu. Akupun menyambutnya dengan penu sukacita. Penuh tawa, bahagia rasanya. Apalagi ketika melihat kalian semua memiliki rasa yang sama sepertiku.

Tapi semua itu ternyata berbeda. Bukan bahagia yang menggambarkan plasma, melainkan siksa. Aku takut mendengar teriakan, bentakan, hitungan waktu mundur di setiap saat. Aku takut melihat wajah kakak-kakak yang biasanya lemah lembut terhadapku bagai malaikat, kini menjadi sesosok monster. Aku..aku takut..aku ingin pulang, tapi bagaimana? Aku..aku tak kuat. Aku ingin menangis saja. Sebab aku merasa sendiri di sini. Harus menghafal tugas-tugas yang bahkan ini kali pertama aku melihatnya. Ku lihat, kalian juga sibuk sendiri merapal hafalan. Seakan tak peduli padaku yang sama sekali belum hafal.

Namun ternyata, aku salah. Kalian hadir menguluran tangan dan memberi senyum hangat yang begitu menetramkan. Membakar kembali semangatku. Aku beruntung dapat mengenal kalian.

Di sini, kita belajar yang namanya dakwah, kepemimpinan, amal jama’i, dan tentu saja, ukhuwah. Kalian mengizinkanku mencicipi manisnya ukhuwah. Padahal aku belum tahu apa itu. Ahh.. terlalu banyak kenangan indah saat plasma, kawan. dan aku akan selalu merindukannya.

Lalu, LDKI. Semakin banyak saja teman kita. Tak sabar aku ingin mengenalkan ukhuwah pada mereka, seperti dulu, saat kalian mengajarkanku tentang ukhuwah.  “Ahlan wa sahlan teman-temanku. Mari rasakan betapa indahnya ukhuwah.”

Pemilihan karoh dan kaput. Dan tiba saatnya, untuk kita mengemban amanah dakwah di sekolah ini. Serah Terima Amanah. Di MBR atas, waktu itu. Kita mengucap lantang janji kita. Janji aktivis yang langsung bertanggungjawab kepada Allah. Bismillah. Ada rasa haru, bahagia, semua tertuang menjadi butiran bening air mata yang menetes dari mata kita.
Berlanjut pada Syuro penyusunan struktur dan konsep..PHBI kita jalankan bersama penuh suka cita dan kenangan. 

Idul Adha.. dengan kerusuhan saat pembagian daging..

Isra’ Mi’raj.. dengan keringat yang mengucur di MBR..

Maulid..dengan banjir saat makan tumpeng..

Semua kita lalui bersama..ingatkah kawan, akan itu semua?

Perjuangan kita berlanjut.

Hingga akhirnya, kita membuat Tafakur Alam. Mulai mencari bibit-bibit unggul yang kelak akan mengganti keberadaan kita di ranah duadelapan.saat itu, kita menamakan Tafakur Alam kita dengan nama Tadribat. Yang secara bahasa berati latihan. Dan Tadribat juga merupakan Tafakur Alam menuju pribadi tsabat(teguh).

Konsep kita susun bersama dengan satu harap. Minimal, peserta dapat merasakan indahnya kebersamaan seperti saat kita dulu tafakur alam. Hanya itu. Dan alhamdulillah, tadribat berjalan lancar.

Selanjutnya, kita merancang daurroh satu, dauroh dua. Hingga akhirnya, tiba saat kita untuk membuat plasma.

Ya, plasma. Yang dari sanalah kita mengenal ukhuwah. Mengenal ikatan persaudaraan yang berlandaskan cinta kepada Allah. Dan ini saat kita untuk memperkenalkan ukhuwah juga kepada adik-adik kita.

Banyak kendala yang kita hadapi. Bahkan, ukhuwah itu sendiri yang menjadi taruhannya.
Saat syuro terakhir sebelum plasma. Apakah kau juga merasakannya, kawan? Bagaimana Allah memainkan hati-hati kita. Plasma saat itu ditunda. Dan perpecahan menyambut kita di depan mata. Tapi, Allah pasti lebih tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. Untuk kita. Allah menguji, sudah sepantas apa kita menransfer ilmu-ilmu yang kita dapat untuk adik2 kita? Sudah pantaskah kita untuk itu? Saat itu kita menangis.. saat melihat tronton datang yang telah siap mengangkut kita menuju cikoneng. Mengingat sudah tiga teman kita yang berada di sana,menanti hadirnya kita. terlebih saat melihat adik-adik peserta plasma yang tetap semangat walau mereka telah menunggu dari pagi hingga sore.

Dengan langkah berat dan perasaan campur aduk, kita pulang ke rumah masing-masing. Menahan segenap rasa yang tertahan di dada. Menahan emosi yang siap membuncah ke luar. Hh.. yasudahlah. Allah telah menentukan semuanya.

Di rumah, handphone-ku bergetar. Tanda sms masuk, dari seorang kakak. Dan membacanya membuat tangisku kembali tumpah. Begini bunyi smsnya,

“Selalu ada alasan untuk setiap kejadian. Dan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hambaNya. Sekalipun kita tidak selalu menyambut ujian dan cobaan yang diberikanNya dengan senyuman.. senyumlah, tersenyum sebagaimana Rasulullah tersenyum meski ribuan pisau tak terlihat menyayat hatinya. Namun rasa sakit itu dikalahkan oleh keihklasannya yang begitu besar terhadap Rabb Yang Maha Sempurna. Karena Allah selalu menyiapkan yang terbaik dan terindah untuk hambaNya. Karna di sinilah keindahan hidup Ia letakkan, dalam detik-detik yang kita miliki ketika menikmati keikhlasan. Bukankah orang akan selalu tersenyum melihat hal yang indah? Dan ingatlah, Dia ahli dalam memberi kejutan untuk kita.. –salam Ukhuwah-“

Kurasa, cukup sampai di sini aku mengisahkan plasma yang ditunda,kawan. Karna aku tidak akan membiarkan kau menangis seperti dahulu.

Perjuangan kita berlanjut. Semua tidak berhenti hanya sampai situ. Masih banyak hal yang harus kita lakukan. Kita mulai mengajarkan adik-adik kita untuk syuro, untuk mempersiapkan PSB. Seperti kita dulu..

Rasa sayang berlebih dan perhatian yang kita curahkan membuat kita tak mampu beranjak meninggalkan adik kita yang sedang tertatih mencoba merangkak.

Alhamdulillah, PSB yang diurus adik-adik juga berjalan lancar.. hingga tiba kembali kita melaksanakan plasma yang sempat tertunda sebulan itu. Mulai kembali mempersiapkan segalanya. Membuat itu jauh lebih sempurna dari sebelumnya. Dan, lagi. Alhamdulillah, walau masih ada beberapa kendala, dengan mengucap basmalah, plasma tetap dijalankan.

Cikoneng. Saksi bisu saat lantang janji-janji suci terucap dari mulut kita. Tepat setahun yang lalu. Ingat? Aku tersenyum sendiri bila mengingatnya. Tempat ini begitu banyak menyimpan kenangan indah. Dan..untuk plasma kali ini, sangat terasa bagaimana Allah memudahkan segalanya untuk kita. Alhamdulillah.. dan menjadi panitia plasma merpakan kenangan indah yang sulit untuk dilupakan. Ada hal lucu, haru, semua berbaur menjadi satu. Ya, itulah namanya ukhuwah.. Ia merubah tangis menjadi tawa, menghapus duka dan menggantinya menjadi ukiran senyum.

Pulang plasma, kita kembali disibukkan dengan rentetan agenda lainnya.. LDKI, semput, syuro, belum lagi, saat itu kita juga bertarung melawan tugas dan ujian dari sekolah. Mulai banyak teman kita gugur, bertabrakan dengan izin orang tua, remed-remed, dan anjloknya nilai. Tapi itulah perjuangan, kawan. Dan satu hal yang masih kupegang teguh. Bila aku merasa mulai letih dan ingin ini semua berakhir, kau pasti datang membawa senyuman, dan mengatakan, ”ini semua takkan pernah berakhir. Sampai langkah kaki kita masuk ke dalam syurga.” aku selalu merinding mendengar ucapanmu. Terlebih saat aku mendengar Muhammad ayat 7 kau bacakan. Rasanya..Allah benar-benar membantuku. Ia mengangkat semua beban yang memberatkanku. Dan akupun dapat kembali melangkah meniti jalan panjang ini. Bersamamu.

Tiba saatnya kita untuk sertiam. Memberikan tongkat estafet dakwah ini kepada adik-adik kita. Aku melihat mereka tersenyum pada saat itu. dan ketika janji diikrarkan, mulai ada rasa yang membuncah. Tangis mulai pecah. Ada rasa tak tega melihat wajah mungil mereka lah yang harus menerima beratnya amanah dakwah. Namun, itu harus, kalian menguatkan dengan mengatakan, ”Adakalanya, seorang ayah akan mencopot roda bantu dari sepeda kita, padahal saat itu kita belum terlalu lancar bersepeda. Bukan ayah bermaksud jahat, melainkan, ayah ingin melihat kita kuat dengan berlatih sepeda sendiri. Tanpa adanya roda bantu.” ya, aku mengerti. Dan kubisikkan pada adik-adik kita, ”selamat berjuang, Adikku. Semoga istiqomah.”

Kita memang telah menuntaskan amanah kita. Tapi itu belum semua. Masih banyak hal yang menanti. Adik-adik kita masih butuh pengawasan dan bimbingan. Sering kali, ekspresi rasa sayang yang ikhwan dan akhwat tunjukkan berbeda. Dan itu yang membuat kita suka bertengkar. Oya, aku juga ingat, suasana panas saat syuro. Saat akhwat merasa gregetan terhadap ikhwan, saat ikhwan merasa tugas memimpinnya diambil alih oleh akhwat. Banyak sekali hal yang mewarnai perjalanan kita. Pertengkaran, canda, tawa, tangis, bahkan cinta. Ya, itu yang namanya dinamika perjuangan. Dan aku mulai merindukan semuanya.                                                                      

  Saudaraku, jalan dakwah yang terbentang dihadapan kita masih panjang. Jalan ini adalah jalan kesusahan dan kesabaran yang berujung pada kebahagiaan. Pengorbanan demi pengorbanan senantiasa dituntut  agar dapat istiqomah di jalan ini. Pengorbanan yang meliputi tenaga, waktu, fikiran, perasaan bahkan jiwa dan raga sekalipun merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Para Nabi dan shiddiqin, orang-orang terdahulu dari umat ini, telah meninggalkan jejak pengorbanan yang luar biasa bagi kita. Namun dibalik kekuatan kita menghadapi tantangan dakwah ini, kita membutuhkan ukhuwah dan persaudaraan. Ukhuwah yang akan membuat kita kuat dan istiqomah.

Saudaraku…Kita membutuhkan persaudaraan yang kuat, ukhuwah yang utuh dan tidak mudah runtuh. Kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Apa yang terjadi diantara kita adalah sesuatu yang sunatullah. banyak hal yang akan menguji kesabaran dan keimanan kita.           

    Saudaraku, marilah kembali kita bergandengan tangan, merekatkan ukhuwah diantara kita.
Membangun kembali persaudaraan yang hampir retak. Berjalan bersama menuju cita-cita. Meraih kebahagiaan dan keridhoan Allah. Jalan dakwah terbentang dihadapan kita. Mari kita gapai kemenangan bersama. Betapa bahagianya ketika melihat senyum kembali merekah, memancarkan sinar keikhlasan dari hati yang saling memaafkan. Walau mungkin ini saat terakhir raga kita bersama, namun aku yakin, ini bukanlah saat terakhir hati-hati kita terikat. Bukan begitu?
 
    Saudaraku…. Tak terasa waktu telah beranjak meninggalkan pertengahan  malam. Tiba saatnya bagi orang-orang yang khusyuk dan Ikhlas tuk menghadap Sang Khaliq. Bermunajat dalam dekapan malam, melantunkan bait-bait doa dan Istighfar. Melatih jiwa dan hati tuk mencintai akhirat, negeri abadi. Semoga kita termasuk di dalamnya. Semoga Allah SWT berkenan mengampuni dosa-dosa kita, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, baik yang kita sadari maupun yang tidak. Betapa banyaknya kita melalaikannya, sementara waktu terus berjalan. Hanya kepadaNyalah kembalinya segala urusan.

Cukup rasanya aku berbagi rasa kepadamu..
Salam ukhuwah, saudaraku..
Aku akan selalu merindukanmu. Semoga Allah mengistiqomahkan  kita semua

Kuakhiri,
Wassalamu’alaikum wr wb


Nb : ada sebuah lagu untukmu. Lagu yang kau perkenalkan dulu. Terima kasih ya =)


0 comments:

Post a Comment

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies